Jumat Tausiyah: Kendalikan Lisan, Rasakan Kedamaian
Lisan merupakan amanah besar dari Allah SWT yang harus dijaga, karena dari satu ucapan bisa lahir kebaikan yang mendatangkan kedamaian, atau keburukan yang menimbulkan perpecahan. Kita hendaknya senantiasa berkata baik atau memilih diam, menggunakan lisan untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik, termasuk menjaga jari-jemari di media sosial, agar hidup menjadi damai, aman, dan penuh dengan keberkahan. Hal ini berlaku bagi siapapun mulai dari masyarakat biasa sampai dengan para pejabat negara.
Mulut atau lisan kita merupakan anugerah besar dari Allah SWT. Dengan lisan, kita bisa berkomunikasi dengan baik, menyampaikan ilmu pengetahuan, menebar kebaikan, dan mempererat jalinan hubungan baik dengan orang lain. Namun, di balik itu, lisan juga bisa menjadi sumber keburukan jika tidak dijaga dengan baik. Dari lisan yang tak terkendali dapat muncul perselisihan, kebencian, bahkan permusuhan yang merusak tatanan hidup bermasyarakat.
Terkait dengan hal ini, kita sebagai umat Islam yang beriman hendaknya berhati-hati dalam berbicara. Kata-kata yang terucap harus dipastikan membawa manfaat, menebar kebaikan, dan membawa kemaslahatan. Jangan sampai ucapan kita menyakiti hati dan perasaan orang lain. Ucapan yang kasar, sinis, diksi yang tidak tepat, arogan, atau merendahkan, bisa melukai hati orang lain lebih dalam daripada tusukan pisau. Luka fisik bisa sembuh, tetapi luka hati akibat ucapan, sangat sulit dan lama untuk disembuhkan. Keharusan menjaga lisan ini, berlaku bagi siapapun mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat negara termasuk juga para penceramah agama. Setiap individu harus memastikan bahwa apa yang dikatakan dan disebarkan memberi manfaat dan maslahat serta tidak menyakiti hati orang lain. Termasuk tidak menimbulkan gejolak di Masyarakat dengan merasa paling benar dan suka menyalahkan orang lain.